Judul Buku: Orang Suci, Pohon Kelapa
Pengarang: Choi, Jun
Jenis Buku: Kumpulan Puisi
Penerjemah: Kim Young Soo dan Nenden Lilis A.
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tebal: vii + 123 halaman
Tahun Terbit: 2019
ISBN: 978-602-481-252-2
Pengulas: Mifta Hasan, Anggota Divisi Karya FLP Mojokerto
Choi, Jun adalah penyair Korea yang pernah tinggal di Indonesia beberapa tahun lamanya. Perenungan beliau selama berkeliling di Indonesia, dituliskan dalam 61 puisi. Segala hal baik dan buruk yang beliau rasakan selama di negeri ini, dipotret dalam penggambaran sajak yang luar biasa. Tentu, penggambaran Choi, Jun mengenai Indonesia tak lepas dari sudut pandang beliau sebagai warga Korea.
Salah satu pandangan beliau yang dipengaruhi oleh kultur negara asalnya dapat dilihat melalui salah satu puisinya,
…
Anak-anak itu, sebentar lagi akan tiba di ujung jembatan dunia
tanpa kaos kaki
…
(Pisang di Pulau Jawa)
Kaus kaki menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam budaya masyarakat Korea Selatan. Selain itu, pandangan Choi, Jun juga tidak terlepas dari kekayaan budaya dan peninggalan yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari dua puisinya, “Homo Erectus” dan “Candi Borobudur”.
Bahkan, aspek yang dianggap biasa di negeri ini, tidak luput dari perhatian Choi, Jun seperti beberapa puisinya “Sketsa Terakhir Tentang Pisang”, “Kura-Kura Laut”, dan “Perayaan Hari Minggu” membahas kegundahan mengenai alam yang mulai tidak diperhatikan di negeri ini.
…
Di kejauhan, burung cendrawasih melaung
dengan nada sedih suara terompet kerang
…
(Ladang Garam Burung Cendrawasih)
Penggundulan hutan yang masif pun tak luput dari pengamatan Choi, Jun.
…
Dua puluh tahun lalu, aku mengikuti kapak para buruh mirip tarzan
yang menebang pepohonan
…
(Dua Puluh Tahun)
Sampai digambarkan dengan satire tentang keadaan hutan yang begitu parah,
…
Aduhai Maret, saat burung-burung mulai bepergian
dengan berjalan kaki, dengan muka dungu
Setelah peta rahasia di dalam catatan burung-burung
kehilangan sayapnya
…
(Perpustakaan Hutan Rimba)
Sebagai penyair asing yang singgah di suatu negeri, peristiwa apa pun akan menjadi perhatiannya. Sering kali peristiwa-peristiwa sederhana dipengaruhi oleh sesuatu yang luar biasa. Salah satunya menyangkut permasalahan sosial dan ketimpangan yang menghiasi salah satu sudut negeri ini,
…
Seperti malam ini, kulihat seorang anak
Usianya melebihi enam atau tujuh tahun
sejak tiba di bumi
Dia berdiri di gang, makan roti sendirian
…
Roti yang melayang di atas kubah masjid
…
(Bulan Purnama untuk Malam Ini)
Buku ini sangat direkomendasikan untuk kita yang ingin mencoba mengambil sudut pandang lain tentang negeri ini. Terkadang, kita sering melewatkan peristiwa yang luar biasa karena seringnya peristiwa itu terjadi. Dengan sudut pandang baru, kita akan menyadari keadaan yang sebenarnya terjadi.

0 Komentar