Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Memahami Keagungan Kalimat Tauhid

 



Judul Buku : Kecerdasan Bertauhid

Penulis : Fakhruddin al-Razi

Jenis Buku : Agama

Penerbit : Penerbit Zaman

Tebal : 249

Tahun Terbit : 2011

ISBN : 978-979-024-283-8

Pengulas : Hasan Mifta, Tim Divisi Karya FLP Mojokerto 


Dakwah Rasulullah saw. dan dakwah para nabi sejak Nabi Adam adalah dakwah tauhid, yakni hanya menuhankan dan mengibadahi Allah Swt. Buku ini adalah terjemahan dari buku tulisan Imam Fakhruddin al-Razi yang dijuluki Sultanul Mutakallimin, Sultan para Teolog, yang berjudul Ajaib Al-Qur'an

Di awal bab, Imam al-Razi memulai dengan ayat, “Ketahuilah bahwa tiada tuhan selain Allah, lalu mohonlah ampunan atas dosamu serta dosa kaum mukmin, baik laki-laki maupun perempuan.” (QS Muhammad: 91). Dari ayat tersebut, kita memahami bahwa perintah mengenal tauhid lebih didahulukan daripada memohon ampunan. Penyebabnya karena tauhid mengisyaratkan pengetahuan pokok (ushul), sementara memohon ampunan menandakan pengetahuan cabang (furu').

Hal ini terlihat dalam banyak ayat Al-Qur'an yang lain. Salah satunya adalah ketika Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s. “Aku telah memilihmu, maka perhatikan apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada tuhan selain-Ku. Karena itu, sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.” (QS Thaha: 13-14).

Kata “tiada tuhan selain-Ku” menunjukkan pengetahuan pokok, sedangkan “Karena itu, sembahlah Aku” menunjukkan pengetahuan cabang.

Kalimat laa ilaaha illa Allah mempunyai banyak keutamaan. Imam al-Razi menuliskan sembilan keutamaan dalam bukunya. Salah satu keutamaan dari laa ilaaha illa Allah tergambarkan dalam sebuah hadis, Nabi saw. bersabda, “Sebaik-baik zikir adalah laa ilaaha illa Allah, dan sebaik-baik doa adalah alhamdulillah.” (HR Al-Bayhaqi, Ahmad dan Abu Ya'la dari Abu Hurairah). Dari Ibnu Umar bahwa Nabi saw. bersabda, “Orang yang biasa mengucap laa ilaaha illa Allah tak akan risau pada saat mati dan saat dibangkitkan nanti. Seolah-olah aku melihat mereka dalam kondisi lapang seraya berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami.’” (HR Al-Hakim dalam Nawadzir al-Ushul, hlm. 204).

Kalimat laa ilaaha illa Allah ibarat lentera, “Jika di dalam rumah terdapat lentera, pencuri tak akan berani menyelinap masuk. Demikian pula dengan kalbu; Jika di dalamnya terdapat lentera makrifat, setan tak berani menyelonong.” (hlm.141).

Pengetahuan yang mendalam dengan kalimat tauhid akan menjaga seseorang dari melakukan dosa serta memberikan ketenangan dalam mengarungi kehidupan. Tidak ada ketakutan dan kekhawatiran dalam diri mereka. Dengan mengenal kalimat tauhid ini pula menjadikan kita lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. 

Imam al-Razi berpesan, “Awasi dirimu pada tiga waktu: (1) Jika engkau bekerja dengan anggota badanmu, ingatlah Allah melihatmu; (2) Jika engkau sedang berbicara, ingatlah Allah mendengar ucapanmu; (3) Dan jika engkau dalam keadaan diam, ingatlah Allah mengetahui keadaanmu. Sebab Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku beserta kalian berdua. Aku Maha Mendengat dan Melihat.'” (hlm. 204).

Masih banyak hal yang belum dapat kami ringkas karena dalam dan detailnya penjelasan Imam al-Razi berkaitan dengan ketauhidan. Semoga ulasan singkat ini bisa menjadi gambaran tentang betapa agungnya mengetahui dan memahami kalimat tauhid ini.


Posting Komentar

0 Komentar