Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Menikahlah dengan Penuh Persiapan


Judul buku: Jangan Menikah sebelum Selesai dengan Diri Sendiri

Penulis: Ahmad Rifa'i Rif'an

Tahun Terbit: 2024

Penerbit: Quanta (Penerbit PT Elex Media Komputindo)

ISBN: 978-623-00-5695-6 

Pengulas: Aris Rahman Yusuf, Ketua FLP Mojokerto 


Jangan menikah karena ingin. Menikahlah karena yakin. Jangan menikah karena provokasi atau hanya karena lelah menyendiri. Menikah tak sebercanda itu.

Seumur hidup itu terlalu lama jika dihabiskan bersama dengan orang yang tidak tepat. Lebih baik sementara menyendiri sambil menanti dan memperbaiki diri.

Pernikahan tak selalu menjanjikan bahagia. Bahagia dan kecewa akan selalu ada. Maka sebelum menikah, latihlah sabar dan syukur agar bisa melewati semuanya.

Tiga paragraf di atas adalah tiga di antara empat tulisan yang ada di sampul depan buku ini.

Buku ini terdiri atas 55 bahasan tentang bagaimana Islam menyikapi pernikahan, menyikapi jodoh, cinta, pacaran, serta beragam tema sejenis. Dari tiap bahasan tersebut, penulis (Ahmad Rifa'i Rif'an) merangkumkan intinya menjadi sebuah formula sederhana yang dalam buku ini disebut "Hikmah".

Bahasan pertama diawali dengan penjelasan bahwa setiap orang punya garis waktu masing-masing dan tentang parameter selesai dengan diri sendiri. Jadi, jangan menyuruh orang atau teman yang belum menikah untuk cepat menikah. Jangan pula sering bertanya kapan punya anak kepada teman yang sudah menikah, tetapi lama punya momongan.

Berbeda dengan buku-buku motivasi pernikahan lainnya, biasanya buku-buku pernikahan itu judulnya pasti tentang motivasi menikah muda. Penulis (Ahmad Rifa'i Rif'an) sepertinya juga pernah menulis buku semacam ini. Namun, buku 'Jangan Menikah sebelum Selesai dengan Diri Sendiri' ini berbeda karena ada motivasi untuk menikah muda, tetapi ada juga semacam simpati dan doa untuk yang berumur, tetapi belum menikah dan yang sudah menikah lama belum dikaruniai momongan.

"Saya tak boleh menutup mata bahwa di masyarakat kita tak sedikit yang usianya di atas 30 tahun, tetapi belum diberi kesempatan untuk berumah tangga. Saya tak boleh menutup mata, bahwa tak sedikit yang sudah menikah, tetapi di atas usia 30 tahun masih belum dikarunia momongan. Untuk mereka, saya hanya bisa menasihatkan kesabaran." (Ahmad Rifa'i Rif'an, "Hikmah" halaman 17)

Jadi, buku ini sangat cocok dibaca untuk pembaca yang belum menikah maupun yang sudah menikah. Bagi yang belum menikah bisa untuk bahan belajar dan memperbaiki diri. Sementara itu, untuk yang sudah menikah, bisa digunakan untuk belajar supaya keluarga makin harmonis dan tidak bertanya terus kapan menikah dan kapan punya anak kepada orang yang belum mendapatkan rezeki itu meskipun umurnya sudah cukup, bahkan lebih. Bertanya dua hal itu memang tanda kasih sayang, tetapi saat dilakukan terus-menerus bisa saja hal itu menyebabkan putusnya tali silaturahmi.

 

Posting Komentar

0 Komentar