Bulan Memerah di Atas Mahakam
Abu-abu bersemu cahaya putih
Terang merona pipi malam
Riak sungai menari mengiringi peluit kapal-kapal tongkang
Debur lembut ombak terpental tembok pinggir pantai
Aku yang berenang dari ujung mimpi
Berlabuh dan menepi
Bulan memerah di atas Mahakam
Mengisi cawan cinta yang sedang bersemi
Kabut hangat menyapa pada secangkir kopi
Malam yang tak hendak beranjak pergi
Saat pintalan benang waktu mulai menyulam kasih
Kutinggalkan jejak nama di sini
Karena kau 'kan kutinggal pergi
Samarinda 2012
Mampir
Secepat apakah harimu berlari
Mengejar waktu
Mengejar jawab
Hanya berdiri memandang kereta yang tak kunjung sepi
Semakin larut semakin tak pasti
Semakin larut semakin tak peduli
Secepat apakah harimu berlari
Dikalahkan hujan yang tiba-tiba mengiringi
Rintik air mata menggenangi jalan yang dilalui
Malaikat mampir sekadar mengirim undangan
Besok kekasihmu harus pergi
...
Bekasi 2014
Serui
Serui
Apakah kau masih sama
Tercium wangi aroma kamboja putih perawan
Serui
Apakah kau masih di sana
Menanti berita bahagia yang samar
Serui
Apakah arti bahagia
Saat si bocah menganggap sebatang silverqueen adalah barang mewah
Apakah arti bahagia
Hanya lontaran mercon di tahun baru yang mampu membuat wajah bocah-bocah kegirangan
Serui
Tetes air mata ini
Tapi apalah aku hanya sebatas pena yang mampir sehari saja
Serui
Jadi
Apa mimpi bahagiamu hari ini
Mojokerto 2024
*Kesenjangan sosial, kegagapan pembangunan, dan kearifan lokal yang tergerus budaya hedon adalah makna dari puisi di atas.
Mau dibawa ke mana arah tujuan pembangunan di Papua jika SDM sangat rendah tapi nilai konsumtif yang tinggi. Entahlah.
Tentang Penulis:
FITRIA KURNIA FATMA dengan nama pena KANIA POETRY, lahir di Mojokerto, 5 Agustus 1982.
Mempunyai bakat sastra dari ayah. Hobi membaca, menulis, dan menggambar sehingga ditakdirkan menjadi guru TK. Pengalaman kerja pernah mengajar siswa SMA, SMP, SD, TK, dan balita. Prestasi kepenulisan belum ada hanya pernah sekali ikut menulis kolaborasi.
0 Komentar